Tempat Makan Ayam Panggang

Tempat Makan Ayam Panggang

Ayam Bakar Wong Solo

Ayam Bakar Wong Solo, destinasi kuliner yang akan membuat lidah Anda bergoyang! Sajian ayam bakarnya yang khas, dengan bumbu meresap hingga ke tulang, akan memanjakan setiap gigitan Anda. Nikmati sepiring penuh dengan lauk pauk yang lengkap, ditemani kesegaran es teh yang nikmat. Suasana yang ramai menjadi bukti popularitasnya, namun jangan khawatir, tempat parkir yang memadai siap menampung kendaraan Anda.Meski memiliki cita rasa yang luar biasa, pengalaman saya memesan nasi kotak di sini sedikit mengecewakan. Saat pengambilan, pesanan belum siap dan bahkan ayamnya pun belum dibakar. Ketika saya mengutarakan keluhan, tidak ada permintaan maaf yang terucap, malah dibalas dengan alasan yang tidak memuaskan. Hal ini menjadi catatan tersendiri bagi manajemen Ayam Bakar Wong Solo untuk meningkatkan layanan mereka demi pengalaman bersantap yang lebih memuaskan.

"Masyarakat Indonesia memang umumnya tidak suka membaca"! Entah sudah berapa kali topik ini saya ulas di blog, hingga kini pendapat tersebut tak pernah berganti. Tobat dah! Sejak saya aktif di Instagram, kini lebih banyak pencari resep beralih ke IG, hanya pembaca setia saja artinya mereka yang memang suka membaca akan tetap berkunjung ke blog. Para pencari resep ini umumnya akan langsung menuju ke slide gambar yang saya sajikan di IG, tak perduli dengan apa yang saya tuliskan di caption. Padahal caption terkadang sama pentingnya dengan gambar, karena disini saya sering memasukkan koreksi resep (yang tidak bisa dirubah di gambar), tips dan informasi seputar resep atau link menuju postingan lain yang berkaitan dengan resep. Selalu ada yang bertanya hal yang sudah dijelaskan di caption. Ini artinya, caption yang susah payah saya tuliskan tak sedikitpun dilirik.  Contohnya kemarin, baru saja resep nasi goreng tom yum diposting dengan caption berisi link menuju cara membuat homemade saus tom yum (tom yum paste), langsung dua orang mengajukan pertanyaan, "Mbak, saus tom yumnya merk apa"? Bagaimana rambut saya yang lurus seperti ijuk ini tidak langsung berubah keriting? 😐 Dulu saya akan menjelaskan panjang lebar jika, "Sausnya homemade, bisa dicek resepnya di link bla bla bla", kini saya langsung menjawab, "Cek caption." Sebenarnya saya ingin menambahkan lima tanda seru dibelakang kalimat itu, tapi akhirnya hanya bisa menghela nafas gondok sendiri.

Tak heran jika ada food blogger yang berbagi resep di Instagram sering memuat postingan khusus untuk menuliskan peringatan agar  followernya membaca caption. Dulu saya sering menemukan kasus ini di blog, komentar yang menanyakan resep padahal jawaban atas pertanyaan tersebut ada di artikel pendahuluan yang menyertai. Tapi kini sudah tidak ada lagi yang melakukan hal tersebut, kemungkinan besar karena pencari resep ini sudah beralih ke IG dan ogah melihat blog yang bertele-tele dengan cerita. Saya tidak mengatakan ini hal yang bagus, karena toh saya masih harus menjawab pertanyaan menyebalkan yang sama, hanya kini berubah lokasinya saja. "Malas mencari informasi" adalah hal lainnya yang saya perhatikan. Google adalah sarana yang sangat umum untuk mencari informasi apapun saat ini, bahkan keponakan saya, Ellan, yang berusia 7 tahun jago dengan ini. Apapun bisa kita temukan di Google, yang diperlukan hanyalah menggebah rasa malas, membuka browser dan mengetikkan kata. Ada ribuan bahkan jutaan artikel berhubungan yang akan disajikan, dan kita bisa sepuas-puasnya mengeksplore informasi yang diperlukan. Tapi selalu ada yang bertanya satu topik yang sebenarnya bisa dicari di Google. Saya pribadi, daripada bertanya dan membutuhkan waktu lama untuk dijawab, lebih baik langsung dicari sendiri jika ada informasi yang diperlukan. "Mbak apa sih manfaat bit?" Bukankah akan lebih afdol jika pertanyaan tersebut diketikan di Google daripada ditanyakan ke saya? Karena saya sendiri kemudian harus mengeceknya di Google untuk menjawabnya. Tentu saja, tentu saja, saya bisa saja menjawab, "Googling", tapi please, apakah googling pun harus diingatkan? Tidakkah kita tergelitik sendiri untuk segera kesana jika ada topik yang membuat penasaran?

Pertanyaan yang paling sering adalah mengenai konversi, dan pagi ini saya baru saja mendapatkannya. "50 gram oatmeal berapa cup ya Mba?" Ada ratusan website yang menyediakan informasi konversi, yang diperlukan hanyalah memberikan kata kunci perintah agar jawaban yang kita inginkan disajikan. Karena website konversi umumnya berbahasa Inggris maka tentu saja kata kuncinya harus menggunakan bahasa tersebut. Untuk menjawab pertanyaan itu saya sendiri harus mengetik kalimat '50 grams oatmeal in cup' dan jawabannya akan langsung dihadirkan lengkap hingga ke ukuran ons sampai 3/4 cup. Begitu juga jika kita hendak mengkonversi bahan-bahan resep lainnya, misal '1 cup butter in grams' atau '1 cup milk in ml'. Tidak membutuhkan kalimat dalam bahasa Inggris yang ruwet, hanya basic simple English yang juga bisa kita terjemahkan di Google translate. Teknologi sudah sedemikian ramahnya memberikan kita informasi apapun yang dibutuhkan dengan cepat, lumayan akurat, dan detail, yang diperlukan dari kita hanya kemauan untuk mencarinya dan tentu saja koneksi internet. Tapi jika kita bisa terhubung di Instagram maka koneksi internet tentunya bukanlah satu masalah besar bukan?

Mengapa begitu susahnya membudayakan kebiasaan membaca? Bukankah informasi dari belahan dunia lain akan lebih mudah dijangkau dan wawasan kita yang secuplik ini akan terbuka? Mengapa begitu rendahnya tingkat curiosity kita akan sesuatu hingga kita lebih suka bertanya hal-hal sepele yang sebenarnya mudah ditemukan jawabannya di internet? Saya terkadang terheran-heran sendiri dan amazed dengan kondisi ini, tapi dikantor saya pun begitu banyak juga karyawan yang malas membaca, bahkan email yang berisi informasi kantor dan pekerjaan pun jarang dicek. Menjawab pertanyaan pembaca adalah kepuasan tersendiri bagi saya, dan akan selalu dilakukan dengan senang hati, tapi jika pertanyaan tersebut sudah dijelaskan, atau bisa dicari sendiri di Google (karena saya juga melakukan hal yang sama!), maka rasa senang menjawabnya berubah menjadi bete tingkat akut. 😂 Okeh menuju ke resep ayam panggang madu kali ini. Dulu, ketika awal ngeblog, resep ini pernah saya hadirkan, hanya saat itu hasilnya tidak maksimal. Ayam terlalu kering dan gelimangan madu yang seharusnya tampak berkilau dipermukaan ayam tidak terlihat. Ketika bersama keluarga mencicipi ayam bakar madu di restoran Mang Engking di Ancol kala Lebaran lalu, saya kesengsem dengan teksturnya yang so juicy, empuk, dan rasanya yang gurih. Keponakan saya, Fatih, langsung mengatakan ayam bakar madunya paling enak diantara menu lainnya.

Saya kemudian memasaknya ulang, berharap kali ini hasilnya akan lebih maksimal. Ayam panggang madu yang saya sajikan ini tentu saja agak berbeda dengan menu di resto. Di resep ini ayam saya ungkep terlebih dahulu bersama bumbu, baru kemudian dipanggang di oven, hasilnya tidak sejuicy ayam bakar resto. Saya yakin di resto ayam tidak diungkep terlebih dahulu, melainkan ayam yang telah dimarinade dengan bumbu langsung dibakar di atas bara api sambil diolesi dengan bumbu marinade yang diberi madu. Ayam yang tidak diungkep dan langsung dibakar atau digoreng memang memiliki tekstur lebih empuk dan juicy. Kuncinya jika anda hendak membuat ayam yang langsung dibakar seperti ini adalah ayam harus masih muda dan berukuran kecil sehingga mudah matang ketika hanya dibakar atau dipanggang saja. Walau tidak semaksimal yang saya inginkan, namun ayam panggang madu kali ini lebih sukses dari pada versi sebelumnya. Berikut resep dan prosesnya ya.

Resep modifikasi sendiri

Tertarik dengan olahan ayam simple lainnya? Silahkan klik link dibawah ya:

- 1 ekor ayam (negeri atau kampung), potong menjadi 10 bagian

- 3 siung bawang merah

- 3 siung bawang putih

- 2 sendok teh ketumbar bubuk

- 1/2 sendok teh garam

- 2 sendok makan kecap manis

- 1 sendok teh kaldu jamur / kaldu bubuk

- 250 ml air kelapa / air biasa

- 3 - 4 sendok makan madu

Siapkan ayam yang telah dipotong, cuci bersih, tiriskan. Masukkan ayam ke dalam panci / wajan, tambahkan bumbu halus, garam, kecap manis, kaldu jamur dan air kelapa. Aduk dan masak hingga air habis, ayam lunak dan matang. Jika ayam belum lunak sementara air telah habis, tambahkan sedikit air panas dan masak hingga ayam matang dan kuahnya benar-benar habis.

Masukkan madu, aduk cepat dan masak dengan api kecil hingga madu menempel dengan baik di permukaan ayam. Matikan api kompor.

Tata ayam di loyang beralaskan silpat, panggang di oven suhu 200'C selama 15 menit, atau hingga permukaannya tampak terbakar. Ayam juga bisa dipanggang dialat panggangan biasa.

Sajikan dengan nasi hangat.

Festival Citylink, Lantai 3, Terrazo Food & Venue Jl. Peta No. 241, Pasir Koja, Bandung

Di bawah Rp. 50.000 /orang

Ruko Permata Green Sentosa, Blok R No. 3, Propertree.id Jl. M. Yusuf Raya, Depok II Tengah, Sukmajaya, Depok

Di bawah Rp. 50.000 /orang

Lemak tak Jenuh Ganda

Lemak tak Jenuh Tunggal

Terakhir Diperbarui: 21 Agu 07 07.33 AM

Harap dicatat bahwa beberapa makanan mungkin tidak cocok untuk beberapa orang dan Anda disarankan untuk mencari nasehat dari ahli gizi sebelum memulai program pengurangan berat badan atau diet. Meskipun demikian, informasi yang disediakan di situs ini benar dan dapat dipercaya adanya, FatSecret tidak mewakili atau menjamin terhadap kelengkapan atau akurasi dan semua informasi, termasuk nilai gizi, sehingga penggunaannya menjadi resiko Anda sendiri. Semua merek dagang, hak cipta dan bentuk kekayaan intelektual lainnya adalah kepunyaan pemiliknya masing-masing.

Use left/right arrows to navigate the slideshow or swipe left/right if using a mobile device

Young menambahkan bahwa rasa kenyang yang didapat berasal dari protein saja. Tetapi dengan diet berbasis unggas ini, tidak ada serat yang masuk ke dalam tubuh.

"Protein akan mengenyangkan dan itu hal yang baik. Karena ayam utuh sekitar 1000 kalori, masih dianggap sebagai diet rendah kalori," ujarnya.

"Itu bisa dilakukan (untuk menurunkan berat badan), tetapi cara itu tidak mendapatkan persetujuan saya sebagai diet yang sehat," tambah Young.

Menurut aplikasi kesehatan MyFitnessPal, ayam panggang dengan kulit mengandung 162 gram protein dan 53 gram lemak. Rekomendasi diet protein per individu adalah 0,8 gram per kilogram berat badan, menurut laporan dari Harvard Health.

Dilansir dari World Health Organization, diet yang sehat didasarkan pada konsumsi berbagai macam makanan yang berbeda, termasuk makanan pokok seperti gandum, jagung, beras, kentang, ubi, talas, dan singkong. Selain itu, kacang-kacangan seperti lentil dan buncis. Selanjutnya, buah-buahan, sayur, serta makanan dari sumber hewani seperti daging, ikan, telur, dan susu.